27.3 C
Banjarbaru
Kamis, Agustus 21, 2025
spot_img

Temui Aksi Masyarakat Adat Dayak, Gubernur Muhidin Siap Fasilitasi Solusi Status Pegunungan Meratus

Gubernur Kalimantan Selatan H. Muhidin didampingi Wakil Gubernur H. Hasnuryadi Sulaiman, Kapolda Kalsel, Danrem 101/Antasari, Danlanud Syamsuddin Noor, Danlanal Banjarmasin, serta jajaran Pemprov Kalsel, turun langsung menemui massa aksi yang menolak usulan perubahan status Pegunungan Meratus menjadi Taman Nasional, Jumat (15/8/2025) sore di halaman Kantor Setdaprov Kalsel, Banjarbaru.

Aksi ini diikuti oleh tokoh adat Dayak, masyarakat Pegunungan Meratus, aktivis Walhi, dan mahasiswa. Dalam dialog terbuka, Gubernur Muhidin menegaskan bahwa usulan perubahan status bukan untuk membatasi ruang gerak masyarakat, melainkan melindungi Meratus dari ancaman eksploitasi.

“Perubahan status ini akan memastikan kawasan tidak berubah menjadi hutan produksi yang bisa ditambang kapan saja. Tidak ada penambangan di sana. Masyarakat tetap bisa berladang, berburu, menangkap ikan, dan beraktivitas seperti biasa,” jelasnya.

Sebagai bentuk keseriusan, Gubernur menawarkan solusi dengan mengajak perwakilan masyarakat adat, tokoh, dan Walhi berdialog langsung ke kementerian di Jakarta. Bahkan, ia menyatakan siap menanggung biaya perjalanan dengan dana pribadi.

“Kalau nantinya status taman nasional ini justru menyengsarakan rakyat, saya tidak akan menandatangani, dan saya siap berdiri bersama masyarakat adat,” tegas Muhidin.

Ia juga mengingatkan bahwa Pemprov Kalsel telah mengakui keberadaan masyarakat adat melalui Perda Nomor 2 Tahun 2023 tentang Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat. Karena itu, ia meminta pemerintah kabupaten/kota segera menindaklanjutinya dengan memberikan pengakuan resmi terhadap masyarakat adat di daerah masing-masing.

Demo yang diikuti lebih dari 100 orang tersebut dihadiri tokoh adat Dayak dari berbagai wilayah, seperti Loksado (Kabupaten HSS), Paramasan (Kabupaten Banjar), Balangan, hingga Batang Alai Timur (Kabupaten HST). Salah satu perwakilan, Petrus dari Loksado, menyampaikan keresahan masyarakat.

“Kami tak ingin terusir dari tanah adat kami. Kami sudah hidup turun-temurun di hutan Meratus,” ujarnya. As

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
spot_img
spot_img
- Advertisement -spot_img

Latest Articles