Inovasi pertanian terus berkembang di Kalimantan Selatan, salah satunya melalui panen padi apung yang dilaksanakan di Desa Ampukung, Kecamatan Kelua, Kabupaten Tabalong. Inisiatif ini menjadi solusi atas keterbatasan lahan rawa yang tergenang air hingga 6–7 bulan per tahun, sehingga selama ini sulit dimanfaatkan secara maksimal.
Program ini merupakan hasil kolaborasi antara Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan, Pemerintah Kabupaten Tabalong, dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Budidaya padi apung menjadi bagian dari upaya menjaga ketahanan pangan dan menekan inflasi, terutama melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) yang digalakkan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kalsel.
Dengan memanfaatkan sistem tanam terapung di atas air, petani kini dapat menanam padi meski di musim pasang. Kelompok tani Al Fallah menjadi pelaksana utama program ini, dibantu kelompok tani lainnya melalui berbagi praktik terbaik.
Hasil panen menunjukkan produktivitas sekitar 6,5 ton per hektare, setara dengan sistem tanam konvensional. Bahkan, siklus tanam meningkat dari satu kali menjadi dua kali per tahun, membuka peluang pemanfaatan lahan yang sebelumnya tidak tergarap.
Panen padi apung ini dihadiri oleh Bupati Tabalong H.M. Noor Rifani, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kalsel Aloysius Donanto, serta perwakilan Pemerintah Provinsi Kalsel dan mitra strategis lainnya, seperti OJK, Bulog, TNI/Polri, hingga perguruan tinggi. Seremoni juga disertai penyerahan bantuan simbolis dari Pemprov Kalsel kepada Pemkab Tabalong.
Bupati Tabalong menyampaikan apresiasi atas dukungan Bank Indonesia dan menegaskan pentingnya keberlanjutan program ini. Inovasi padi apung bukan hanya menjanjikan bagi Tabalong, tetapi juga potensial diterapkan di daerah lain dengan kondisi lahan serupa. Dengan teknologi dan kolaborasi yang tepat, ketahanan pangan bisa tumbuh—bukan hanya dari tanah, tetapi juga dari permukaan air.