Oleh : IBG Dharma Putra
Saya menulis opini ini karena teringat lagu yang dinyanyikan secara duet oleh sahabat semasa kuliah, alm, Wasisto Budi Harsoyo, kebetulan berkulit gelap kelabu dengan Yulianto Listiawan, yang belum almarhum dan kata teman teman, berkulit cerah agak putih. Terbayang harmoni hubungan pria perempuan yang mencerahkan, dan pria dengan semua manifestasi kehidupan.
Ditulis dan dilengkapi kembali pada hari Selasa tanggal 22 Juli 2025, di Hari Ulang Tahun ke 63, sahabat Prof Dr dr Yulianto Listiawan, Sp KK (K) Ketua PERDOSKI, Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit periode sebelumnya, sekaligus sebagai kado dan pengembalian ayam goreng mahal, yang pernah dibelikannya untuk saya. Sebuah tulisan bernuansa personal bagi sahabat pria yang sudah melewati sejarah sebagai suami dan ayah.
Pria adalah organ reproduksi seorang pria yang secara genetika mempunyai kromosom XY dan secara sosial, diharapkan berperan mencarikan nafkah dan menjadi pemimpin atau mempunyai nilai spiritual serta pandangan kehidupan sesuai keyakinannya.
Pria bukan semata jakun, kumis atau jenggot tetapi nilai sosial seperti harapan masyarakat dengan peran yang terus dan selalu berubah seiring dengan kesadaran kesetaraan gender, disertai bermacam peluang maupun tantangan religius spiritualitasnya. 

Serupa dengan perempuan, pria adalah individu yang kompleks dan beragam. Tidak semua pria memiliki pengalaman biologis, sosial, spiritual yang sama. Penerimaan polarisasi dan segala perbedaan itu adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan adil.
Pria yang akhirnya melakukan perkawinan akan disebut sebagai suami,yang bertanggung jawab pada keluarganya, bermakna substansi, bahwa tindakannya wajib berguna dan berdampak bagi kesehatan, kesejahteraan, ketakwaan maupun keamanan serta kebahagiaan anak istrinya.
Sebagai suami, seorang pria wajib mengambil peran sebagai pemimpin, pelindung, pencari nafkah, pendidik dan pencipta keharmonisan. Untuk itu, diharapkan bisa menjadi role model sekaligus punya kompetensi untuk komunikasi, kompromi dan berkomitmen. Saling melengkapi dengan semua anggota keluarga sampai timbul kenyamanan.
Jika sudah mempunyai anak, maka seorang pria wajib mampu untuk menjaga moralitas ananda tersayangnya, mendidik serta menjamin segala kebutuhan anandanya sampai pasti mempunyai kemandirian dan melindungi anak dari ancaman bahaya, perlindungan tersebut tidaklah semata mata berarti fisik, melainkan juga perlindungan yang bersifat rohaniah.
Seorang ayah selayaknya hadir di kehidupan anandanya, mengajarkan kasih serta toleransi, memberikan dasar disiplin, etika, kejujuran dan keberadaan, memberi wawasan kemandirian, independen dan kesetaraan agar anandanya tumbuh dewasa secara paripurna.
Kata teman saya, yang juga seorang pria suami sekaligus ayah, Ayah dalam fungsinya sebagai kepala rumah tangga layaknya berdampingan dalam harmoni yang serasi dengan ibu selaku pengatur rumah tangga. Dengan tersenyum dan berupaya merdu, teman itu mengumandangkan lagu yang diduetkan dua sahabat masa kuliah, juga oleh Stevie Wonder dan Paul Mc Cartney, “ EBONY AND IVORY LIVE TOGETHER IN PERPECT HARMONY, SIDE BY SIDE ON MY PIANO, OH LORD WHY DON’T WE“. *Sm
Banjarmasin, 22072025