27 C
Banjarbaru
Selasa, Desember 2, 2025
spot_img

BPBD Kalsel Tekankan Kolaborasi Data dan Aksi Nyata Hadapi Cuaca Ekstrem

Ancaman cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi di Kalimantan Selatan menuntut pemerintah daerah, komunitas, hingga masyarakat untuk meningkatkan kapasitas mitigasi dan respons bencana. Hal tersebut disampaikan oleh Ariansyah, S.Kom, Kepala Subbidang Kesiapsiagaan BPBD Kalsel, dalam sesi pemaparan pada kegiatan MOSAIC 2025 di Hotel Novotel Banjarbaru, Rabu (26/11/2025).

Dalam paparannya, Ariansyah menegaskan bahwa banjir, puting beliung, longsor, rob, serta karhutla masih menjadi ancaman dominan di Kalsel. Oleh karena itu, kolaborasi antara data meteorologi dari BMKG dan aksi penanganan lapangan oleh BPBD harus berjalan selaras. Sebab informasi cuaca sering kali tersedia, namun belum dimanfaatkan optimal oleh masyarakat. BPBD hadir sebagai jembatan antara data dan tindakan nyata.

“Data tanpa aksi tidak bermakna, dan aksi tanpa data berisiko. Keduanya harus bergerak bersama,” tegasnya.

Lima Strategi Kesiapsiagaan Daerah Hadapi Cuaca Ekstrem

Ariansyah merinci lima pendekatan utama BPBD Kalsel, yaitu:

  • Integrasi data BMKG dan BPBD serta instansi teknis lain secara lintas sektor.
  • Peningkatan literasi cuaca bagi masyarakat agar mampu memahami informasi BMKG.
  • AMPD – Aksi Merespon Peringatan Dini sebagai sistem tindakan cepat di lapangan.
  • Perluasan jaringan penyebaran informasi melalui kolaborasi dengan media dan komunitas.
  • Adaptasi lokal berbasis prakiraan cuaca, terutama untuk sektor pertanian, transportasi, dan ekonomi.

Peran BPBD Kalsel: Informasi Tepat, Bahasa Sederhana, Aksi Cepat

Tiga peran utama BPBD Provinsi Kalimantan Selatan dalam kesiapsiagaan bencana hidrometeorologi, yaitu:

  • Koordinasi lintas instansi dalam penanganan bencana.
  • Diseminasi informasi peringatan dini dengan bahasa yang sederhana dan inklusif.
  • Pemberdayaan relawan & komunitas siaga, termasuk pelatihan respon darurat.

BPBD mendorong sistem community-based early warning, di mana masyarakat tidak hanya menjadi penerima informasi, tetapi turut memantau, menilai risiko, dan terlibat dalam respons awal.

Sistem Peringatan Dini Berbasis Komunitas (People Centered EWS)

Ariansyah menampilkan skema empat komponen peringatan dini berbasis masyarakat di halaman 15–16, yang mencakup:

Menuju Kalsel Tangguh Bencana

Ariansyah menekankan pentingnya memperluas jangkauan peringatan dini hingga ke desa-desa, memastikan kelompok rentan tidak tertinggal, serta membangun budaya sadar risiko di seluruh lapisan masyarakat.

“Mari kita perkuat kapasitas peringatan dini sampai ke tingkat paling bawah — karena kesiapsiagaan dimulai dari masyarakat,” pesannya.

Melalui paparan tersebut, BPBD Kalsel kembali menegaskan komitmennya untuk mendorong kolaborasi, memperkuat edukasi literasi cuaca, dan mempercepat respons publik ketika ancaman cuaca ekstrem terdeteksi. As

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Latest Articles

- Advertisement -spot_img