27 C
Banjarbaru
Rabu, Desember 3, 2025
spot_img

BEM Se-Kalsel Kecam Pengesahan KUHAP: Aksi di Banjarmasin Memanas Setelah Pimpinan DPRD Enggan Berdialog Penuh

Situasi di depan Gedung DPRD Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) pada Senin (24/11) sore berubah mencekam. Ratusan mahasiswa dari berbagai kampus yang menuntut pencabutan Undang-Undang Hukum Acara Pidana (UU KUHAP) terbaru kecewa berat setelah proses audiensi dengan pimpinan dewan terputus di tengah jalan. Mereka menilai sikap wakil rakyat menunjukkan kemunduran demokrasi dan abai terhadap suara publik.

Juru bicara sekaligus Koordinator Aksi, Yazid Arifani, menyatakan demonstrasi yang semula damai terpaksa memanas karena pihak dewan tidak menepati janji untuk menerima kajian akademik secara menyeluruh di dalam ruangan.

Desakan Pembatalan Norma dan Penyelamatan Lingkungan

Yazid menjelaskan bahwa gerakan mahasiswa di Kalsel membawa dua isu sentral yang dianggap mendesak:

Ancaman Hukum Acara Pidana Baru: Mahasiswa menolak pengesahan KUHAP yang dinilai memiliki banyak norma yang bias dan berpotensi membatasi hak-hak sipil serta kebebasan berpendapat. UU tersebut, menurut Yazid, sarat dengan pasal yang mengikis prinsip perlindungan hukum bagi warga negara.

Bencana Ekologi Wilayah: Kritik keras juga dilayangkan atas pembiaran terhadap eksploitasi tambang ilegal dan ancaman serius terhadap kelestarian kawasan konservasi Pegunungan Meratus.

Konflik Pecah: Anggota Dewan Dituding Lari dari Tanggung Jawab

Puncak ketegangan terjadi setelah Ketua DPRD Kalsel, Supian HK, yang sempat berada di lokasi, memilih meninggalkan kerumunan tanpa menyelesaikan tuntutan mahasiswa untuk dialog mendalam. Supian beralasan harus segera menuju bandara untuk agenda penerbangan.

Melihat kepergian Supian HK yang terkesan terburu-buru dan tidak menghargai kehadiran massa, Yazid Arifani meluapkan amarahnya.

“Mereka sengaja mengesahkan hukum yang bermasalah, dan mereka sengaja membiarkan tanah kami dirusak. Hari ini, mereka bahkan lari dari tanggung jawab untuk mendengar protes kami! Kelakuan mereka sudah jelas, mereka bukan Dewan Perwakilan Rakyat, tapi dewan perampok rakyat!” teriak Yazid, yang disambut sorakan marah massa aksi.

Kegagalan audiensi yang disusul kepergian pimpinan dewan memicu bentrokan fisik. Mahasiswa mendesak masuk, menyebabkan aksi saling dorong dengan barikade petugas keamanan. Aksi baru mereda menjelang malam, dengan mahasiswa sepakat untuk mengakhiri unjuk rasa hari itu, sembari berjanji akan menggalang kekuatan yang lebih besar untuk aksi lanjutan. Lut

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Latest Articles

- Advertisement -spot_img