Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan II 2025 mencatat pertumbuhan 5,39 persen (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Laporan resmi Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan menegaskan bahwa struktur ekonomi daerah tetap solid meski menghadapi tekanan dari perlambatan sektor pertambangan.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan, Fadjar Majardi, menyampaikan bahwa kekuatan ekonomi daerah pada periode ini terutama bersumber dari industri pengolahan, pertanian, perdagangan, serta konstruksi. “Kinerja sektor industri pengolahan dan pertanian menunjukkan penguatan signifikan, terutama karena permintaan CPO yang meningkat dan hasil panen padi yang lebih baik,” ujarnya.
Menurutnya, peningkatan produksi padi didorong oleh membaiknya luas panen dan penggunaan bibit unggul, sementara industri pengolahan berkembang berkat kebutuhan CPO domestik untuk B40 dan ekspor ke berbagai negara mitra. Hal ini sekaligus menahan dampak kontraksi sektor pertambangan yang terkena perlambatan permintaan batu bara dari Tiongkok.
Fadjar menambahkan bahwa sektor perdagangan juga bergerak positif seiring peningkatan aktivitas industri dan pertanian, serta masih terjaganya daya beli masyarakat. “Perdagangan tetap tumbuh, menunjukkan bahwa konsumsi masyarakat masih kuat dan menjadi bantalan penting bagi perekonomian daerah,” katanya.
Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan, didukung momentum libur keagamaan dan meningkatnya transaksi digital. Investasi swasta pada kawasan industri dan kawasan ekonomi khusus juga berkontribusi terhadap penguatan ekonomi.
Inflasi Kalimantan Selatan tercatat 1,81 persen (yoy) pada triwulan II 2025, lebih rendah dari inflasi nasional. Tekanan inflasi terutama disebabkan kenaikan harga emas perhiasan, tetapi masih dalam kondisi terkendali. BI memperkirakan inflasi akan sedikit meningkat pada triwulan berikutnya karena kenaikan tarif pendidikan, tarif kesehatan, dan dampak kemarau basah terhadap komoditas hortikultura.
Dari sisi pembiayaan, fungsi intermediasi perbankan tetap tumbuh positif. Kredit perbankan meningkat 8,74 persen (yoy) dengan kualitas kredit yang terjaga. Kredit konsumsi dan kredit UMKM juga menunjukkan peningkatan, mencerminkan optimisme masyarakat dan aktivitas usaha kecil yang tetap berkembang.
Fadjar Majardi menekankan bahwa kinerja intermediasi yang positif menjadi salah satu penopang stabilitas ekonomi daerah. “Pertumbuhan kredit yang sehat, terutama dari kredit UMKM, menandakan bahwa sektor usaha kecil menengah tetap ekspansif dan membutuhkan dukungan permodalan,” jelasnya.
Meskipun demikian, BI mengingatkan adanya risiko perlambatan ekonomi dari negara mitra dagang dan ketidakpastian global yang dapat memengaruhi kinerja ekspor daerah. Namun secara keseluruhan, prospek ekonomi Kalimantan Selatan tahun 2025 dinilai tetap berada pada kisaran atas proyeksi, yakni 4,6 hingga 5,4 persen.
“Kami melihat perekonomian Kalimantan Selatan masih berada pada jalur pertumbuhan yang kuat. Penguatan industri pengolahan, peningkatan produksi pertanian, dan berlanjutnya investasi menjadi fondasi penting bagi keberlanjutan ekonomi daerah,” tutup Fadjar. As![]()





