Tenaga Ahli Gubernur (TAG) Pokja 3, H. Ibnu Sina, S.Pi., M.Si., menekankan pentingnya membangun kesadaran politik masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan. Hal itu disampaikannya dalam kegiatan Pendidikan Politik bagi Masyarakat yang digelar Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Provinsi Kalimantan Selatan di salah satu hotel di Banjarmasin, Rabu (22/10/2025).
Dalam paparannya berjudul “Membangun Kesadaran Politik Berbasis Nilai-Nilai Keagamaan”, Ibnu Sina mengingatkan bahwa Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar dengan mayoritas penduduk beragama memiliki potensi besar untuk mewujudkan politik yang bermoral dan beretika, jika nilai-nilai agama dijadikan pedoman dalam kehidupan berpolitik.
“Norma-norma agama seperti kejujuran, keadilan, dan tolong-menolong adalah fondasi yang seharusnya menjadi roh dalam praktik politik. Dengan menjadikan nilai-nilai tersebut sebagai pedoman, politik akan menjadi sarana untuk menebar kebaikan, bukan perpecahan,” ujar Ibnu Sina.
Ia mencontohkan bagaimana rumah ibadah, baik masjid maupun gereja, selama ini menjadi pusat jejaring sosial dan ruang pembelajaran etika publik di tingkat lokal. Karena itu, menurutnya, pendidikan politik berbasis nilai agama perlu diperkuat sejak dini melalui lembaga pendidikan dan komunitas keagamaan.
Lebih lanjut, Ibnu Sina juga menyoroti fenomena politik identitas berbasis agama yang dapat mengancam persatuan bangsa jika tidak disikapi secara bijak. Ia mengingatkan bahwa pluralisme dan moderasi beragama harus terus dijaga melalui dialog lintas iman dan pendidikan toleransi.
“Politik identitas ekstrem hanya akan memperuncing polarisasi sosial. Karena itu, kita perlu mengedepankan musyawarah, keadilan, dan semangat Bhinneka Tunggal Ika sebagai nilai utama demokrasi Indonesia,” jelasnya.
Ibnu Sina turut memaparkan hasil survei Indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB) 2024 yang menunjukkan tren peningkatan, menandakan masyarakat semakin dewasa dalam beragama dan berpolitik. Namun, ia mengingatkan bahwa tantangan intoleransi masih tetap ada dan perlu diatasi dengan konsistensi nilai moderasi.
Dalam sesi akhir, Ibnu Sina mengajak generasi muda menjadi agen perubahan yang mampu memadukan spiritualitas dengan peran aktif di ruang publik. Pemuda, katanya, harus menjadi pelopor politik yang beretika dan berorientasi pada kemaslahatan bersama.
“Mari kita mulai perubahan dari diri sendiri. Jadikan nilai-nilai agama sebagai pedoman utama dalam berpolitik dan bernegara, agar Indonesia menjadi bangsa yang damai, adil, dan penuh berkah,” tutupnya. As