PT Pegadaian terus memperkuat transformasi digitalnya dengan menghadirkan layanan perbankan emas (bullion bank) yang kini dapat diakses secara digital melalui aplikasi Pegadaian Digital Service. Di wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (Kalselteng), inovasi ini disambut antusias oleh nasabah dan menjadi salah satu upaya strategis untuk menjangkau lebih banyak masyarakat dengan layanan keuangan non-bank yang aman dan modern.
Dalam wawancara via telepon dengan IniKalsel.id, Jumat (27/6/2025) siang, Yudha Rosadi, Marketing and Sales Plan Pegadaian Area Banjarmasin, menyampaikan bahwa transformasi ini tak hanya mencakup pengembangan produk, tetapi juga perluasan kanal layanan berbasis digital.
“Pegadaian sekarang sudah jauh berbeda, kami tidak hanya dikenal dengan layanan gadai, lewat aplikasi Pegadaian Digital Service, nasabah bisa mengakses hampir seluruh produk kami, termasuk investasi dan pembiayaan, secara praktis dari rumah,” ungkap Yudha.
Salah satu terobosan besar Pegadaian tahun ini adalah menjadi bullion bank pertama di Indonesia. Sejak awal 2025, Pegadaian telah mengantongi izin resmi dari pemerintah untuk melaksanakan transaksi investasi emas, mulai dari pembelian, penjualan, deposito emas, hingga sistem bagi hasil berbasis emas.
“Transaksi emas tidak harus fisik lagi, nasabah cukup memiliki saldo tabungan emas digital, tapi tetap mendapat manfaat investasi yang setara dengan emas fisik,” jelasnya.
Transformasi digital ini sesungguhnya telah dimulai sejak tahun 2016 saat Pegadaian meluncurkan aplikasi digital di Jakarta. Namun pembaruan dan penyesuaian terus dilakukan agar lebih sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik pengguna, khususnya di daerah.
Di Kalselteng, sekitar 80 persen nasabah aktif sudah menggunakan aplikasi Pegadaian Digital Service. Meski begitu, edukasi kepada masyarakat masih menjadi tantangan dan terus dilakukan sosialisasi terhadap pemanfatan digitalisasi.
“Masih ada sekitar 20 persen nasabah yang belum familiar dengan teknologi, ini pekerjaan rumah kami untuk terus menyosialisasikan manfaat layanan digital agar makin banyak yang merasakan kemudahannya,” ucap Yudha.
Selain transaksi investasi emas, aplikasi ini juga menyediakan layanan pembayaran, pengajuan pinjaman, simulasi kredit, hingga fitur live chat dan call center. Namun, untuk transaksi gadai berbasis barang fisik atau pembiayaan kendaraan seperti BPKB, nasabah masih perlu datang ke kantor karena proses taksiran dan verifikasi tetap harus dilakukan langsung.
Menanggapi kebingungan beberapa pengguna mengenai perbedaan aplikasi reguler dan syariah, Yudha menegaskan bahwa perbedaan ini memang diperlukan karena skema bisnis yang dijalankan berbeda.
“Meski masih satu atap dalam PT Pegadaian, proses bisnis syariah dan konvensional tetap harus dipisahkan agar sesuai dengan prinsip syariah,” imbuhnya.
Di tahun 2025 ini, Pegadaian menargetkan untuk menurunkan angka pengguna non-digital dan memperluas pemahaman masyarakat terhadap fitur-fitur aplikasi.
Harapannya, semua lapisan masyarakat, termasuk mereka yang belum melek digital, bisa mulai mengenal dan memanfaatkan aplikasi ini secara mandiri.
“Kami ingin masyarakat tahu bahwa Pegadaian bukan hanya tempat ‘orang kepepet’, lewat digitalisasi, kami hadir menjadi solusi investasi dan pembiayaan yang aman, murah, dan terpercaya,” tutup Yudha.
Transformasi digital ini juga sejalan dengan visi Pegadaian sebagai lembaga keuangan non-bank pilihan utama masyarakat Indonesia serta misi untuk menghindari praktik rentenir atau ijon yang masih marak di sejumlah daerah.
Terkait Pegadaian Digital Service, dijelaskan, pemanfaatan digitalisasi ini adalah aplikasi resmi dari PT Pegadaian yang memungkinkan nasabah melakukan berbagai transaksi keuangan, mulai dari gadai, investasi emas, tabungan emas, pengajuan pinjaman, hingga simulasi kredit. Aplikasi ini tersedia untuk versi konvensional dan syariah yang bisa diunduh melalui Play Store dan App Store. As
